SISTEM AKUNTASI BIAYA MENURUT PESANAN
PENETAPAN SISTEM AKUNTANSI MENURUT PESANAN
![Apa Itu ACCA? Panduan Lengkap Jadi Akuntansi Profesional](https://easyuni.com/media/uploads/2019/02/15/jurnal_blog_7-perbedaan-akuntansi-keuangan-dan-akuntansi-manajemen-5-01-1.png)
Penerapan sistem akuntasi biaya menurut pesanan
sangatlah cocok bila produk yang dibuat perusahaan dilaksanankan berdasarkan
pesanan atau mempunyai ciri-ciri khusus untuk setiap pesanan atau
pesanan-pesanan yang berbeda-beda penerapan ini juga baik untuk produksi dalam
jumlah besar tetapi produksinya tidak secara kontinue, Bila dibandingkan dengan
sistem akuntasi menurut proses, perbedaanya yaitu bahwa setiap pesanan
diperlukan adanya indentifikasi biaya untuk setiap pekerjaan tersebut. Hal yang utama dalam penerapan sistem akuntansi
biaya menurut pesanan, bahwa pencatatan bentuk tolak dari dokumen-dokumen yang
dipakai sebagai dasar untuk ayat-ayat jurnal dan juga dokumen ini penting bagi
pimpinan untuk membuat perencanaan serta untuk tindakan pengendalian mengenai
cara, prosedur dan penerapan terdapat persamaan dengan sitem akuntansi biaya
menurut proses, misalnya : untuk memperoleh bahan, menyimpan dan
mengeluarkannya.
Sekilas Mengenai Sistem Perhitungan Biaya
Berdasarkan Pesenan
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan persanan
(job order costing atau job costing), biaya produksi diakumulasikan untuk
setiap pemesanan (job) yang terpisah. Suatu pemesanan adalah output yang
diidentifikasikan untuk memenihi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi
kembali suatu item persediaan. Agar perhitungan biaya berdasarkan pesanan
menjadi efektif, pesanan harus dapat diidentifikasikan secara terpisah. Agar
rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang
diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya perunit suatu pesanan
dengan pesanan lain. Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalm kartu biaya
pesanan (job cost sheet), yang dapat berbentuk kertas atau elektronik.
BAHAN MENTAH (RAW MATERIALS)
Akuntasi persediaan di buku besar untuk perlengkapan, bahan baku langsung, dan bahan baku tidak langsung bisa saja terpisah. Berawal dengan adanya pesanan, maka departemen yang bertugas melaksanakan pesanan tersebut membuat perencanaan terlebih dahulu yaitu rencana produksi yang memuat antara lain : Bahan baku yang dibutuhkan dengan Surat Permintaan Pembelian (Purchases Requisition). Surat permintaan pembelian ini sebagi pedoman pembelian untuk melaksanankan pemesanan atau dasar untuk mengirim Order Pembelian (Purchase Order).
Akuntasi persediaan di buku besar untuk perlengkapan, bahan baku langsung, dan bahan baku tidak langsung bisa saja terpisah. Berawal dengan adanya pesanan, maka departemen yang bertugas melaksanakan pesanan tersebut membuat perencanaan terlebih dahulu yaitu rencana produksi yang memuat antara lain : Bahan baku yang dibutuhkan dengan Surat Permintaan Pembelian (Purchases Requisition). Surat permintaan pembelian ini sebagi pedoman pembelian untuk melaksanankan pemesanan atau dasar untuk mengirim Order Pembelian (Purchase Order).
Selanjutnya
petugas pembelian setibanya pesanan akan mengadakan pemeriksaan, apakah jumlah
tersebut sesuai atau tidak dengan pesanan yang dilakukan, setelah mendapat
persetujuan. Bagian pembelian mengeluarkan Bukti Penerimaan Bahan (Receiving
Report) yang memuat jumlah keadaan barang yang diterima. Penerimaan ini dicatat
dengan mendebit perkiraan Bahan Baku (material) dan sebaliknya untuk perkiraan
Hutang Dagang (Kas dicatat disebelah kredit).
Perkiraan bahan baku di dalam buku besar merupakan perkiraan pengendalian (controlling account) yang dibuat per jenis bahan baku dan merupakan sub buku besar yang dinamakan Buku bahan baku (Material Ladger). bentuk dari material ladger tergambar seperti berikut :
Perkiran
bahan baku tidak hanya mencatat mutasi bahan, juga memberikan informasi bagi
menyakut menyangkut dalam menghindari pembelian yang telalau besar sehingga
terjadi kerugian akibat menumpuk modal kerja yang tertanam dalam persedian,
sebaliknya juga untuk menghindari stagnasi proses produksi akibat kekuarangan
bahan, jadi titik pemesanan kembali (re order point) sangat diperhatiakan.
Bagian produksi memulai aktivitasnya dengan membuat Bon pengeluaran bahan
(Material Requisition). Ikhitisar mengenai bon pengeluaran bahwa secara
periodik merupakan bukti untuk memindahkan biaya bahan baku dari perkiraan
pengendalian bahan baku ke perkiraan pengendalian Barang dalam proses (Work in
proses) dan Biaya Fabrikase (Factory overhead).
Untuk pencatatan bahan baku sebaiknya diterapkan sistem balance permanen, karena akan diperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut :
1. Memungkinkan
perhitungan persediaan secara phisik dapat dilaksanakan secara merata dan tidak
menumpuknya pekerjaan pada akhir periode.
2. Penetapan
pembebanan bahan baku ke pekerjaan dan biaya fabrikase dapat dilakukan secara
tepat dan cepat.
3. Keuntungan
lainya untuk mengetahui perbedaan-perbedaan antara jumlah sebenarnya dengan
jumlah menurut pembukuan.
UPAH (WAGES)
Upah buruh adalah biaya yang tidak berwujud, tidak
seperti pemakaian bahan baku maka untuk sistem ini harus dilaksanankan dengan
seksama mengenai perlakuakn upah langsung, agar :
1. Dapat
ditetapkan ujumlah yang tepat mengenai upah yang harus dibayarkan kepada buruh
di dalam periode pembayaran upah.
2. Pembebanan
yang tepat atas biaya buruh ke perkiraan Biaya Fabrikase dan ke masing-masing
pesanan.
Jumlah jam kerja para buruh biasanya dicatat ke
dalam kartu jam (stock card) yang disebut juga dengan kartu keluar masuk (in
and out cards). Jam kerja dari setiap buruh untuk setiap pekerjaan atau biaya
fabrikase dicatat dalam kartu waktu (time ticket/ time card).
Time card ini mempuyai bermacam-macam bentuk dan salah satunya sebagai berikut :
Time card ini mempuyai bermacam-macam bentuk dan salah satunya sebagai berikut :
Biaya biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja
1. Setup time biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai kegiatan produksi
Perlakuan :
·
Dimasukkan sebagai unsur Biaya Overhead
Pabrik
·
Dibebankan kepada Pesanan yang
bersangkutan
2. Waktu nganggur: waktu dimana sebagai akibat kerusakan mesin, kekurangan pekerjaan
atau kesalahan manajemen dsb. Karyawan tidak bekerja . Kondisi tetap menjadi
tanggungjawab manajemen, oleh karena itu ia tetap tetap harus membayar upah
karyawan
Perlakuan:
·
diperlakukan sebagai elemen Biaya
Overhead Pabrik.b
3. Insentif:
pemberian penghargaan dalam bentuk gajai upah sebagai upaya memberikan motivasi
kerja atau penghargaan karena prestasi yang baik.
4. Premi lembur: pembayaran gaji-upah kepada karyawan karena ia bekerja lebih dari
standar yang ditentukan ( diatas 40 jam per minggu). Biasanya harga per jam
kerja lebih tinggi dari kerja biasa.
BARANG DALAM PROSES (WORK IN PROSESS)
Untuk menyelesaikan suatu produk terdapat 3 unsur
biaya yaitu :
1. Bahan
Langsung (Direct Materials)
2. Upah
Langsung (Direct Labor)
3. Biaya
Fabrikase (Factoru Overhead)
Ketiganya akan dialokasikan ke perkiraan Barang
dalam proses dengan angka yang sudah diiktisarkan terlebih dahulu, sedangkan
perincian mengenai pemakaian bahan, upah langsung atau biaya fabrikase dapat
dilihat dari kartu pekerjaan (job cust sheet). Pencatatan ke job cost sheet
diambil dari bon-bon pengeluaran bahan kartu waktu yang memuat perinciannya.
Setelah pekerjan selesai, maka data ini diiktisarkan sehingga dapat diketahui
biaya per unit. Data tersebut sebagai dasar untuk memuat jurnal dengan cara
mendebit perkiraan Hasil selesai (Fishing goods) dan mengkredit perkiraan
Barang dalam proses (work in prosess). biasanya didalam pelaksanaanya, setiap order berisi beberapa jumlah pemakaian bahan, upah langsung dan biaya fabrikase yang di alokasikan dicatat dalam sebuah kartu pesanan. berikut contoh perincian biaya yang terdapat dalam kartu pesanan :
Perkiraan hasil selesai merupakan perkiraan pengendali (controlling account) disebabkan angka yang dicatat ke dalam perkiraan ini hanya merupakan khtisar dari buku besar pembantu (subsidiary ledger) yang mempunyai perkiraan-perkiraan untuk tiap-tiap barang barang yang dihasilkan. perkiraan yang mecatatat setiap barang yang dihasilkan dinamakan buku besar hasil selesai (finished goods ledger or stock ledger). karena itu tiap perkiraan dalam buku besar pembantu hasil selesai menyediakan kolom-kolom untuk dikirim dan total biaya dan biaya perunit untuk persediaan hasil selesai yang masih ada bentuk perkiraan dalam buku besar hasil selesai tergambar seperti berikut ini :
Referensi :
https://rachmade.wordpress.com/2012/04/19/sistem-akuntasi-biaya-menurut-pesanan/
https://smartaccounting.files.wordpress.com/2011/03/bab7-sistem_akuntansi_biaya_menurut_pesanan.pdf
https://smartaccounting.files.wordpress.com/2011/03/bab7-sistem_akuntansi_biaya_menurut_pesanan.pdf
x
Comments
Post a Comment